HIJRAH, MEMAKSA DAN DIPAKSA |
Oleh Edison (bang edy ustadz)
Penulis adalah Dosen, Peneliti, Penggiat Dakwah dan Pendidikan Agama Islam serta Narasumber di berbagai Forum.
Birulangitid-Dalam pandangan kaum materialis, manusia hanya dipandang sebagai makhluk ekonomi yang hanya akan bergerak jika didorong oleh hasrat atau pertimbangan materi keduniaan. Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dan para sahabat menjawab dengan tegas motivasi tersebut. Para muhajirin bahkan rela meninggalkan rumah, harta benda, keluarga dan seluruh kenangan mereka di Makkah yang notabenenya semua itu adalah kesenangan dunia. Tujuan mereka pindah ke Madinah justru bukan untuk mencari makanan atau mengumpulkan harta kekayaan, melainkan hanya demi menyelamatkan aqidah dan keyakinan. Hadits Arbain An Nawawi yang populer itu meluruskan motivasi hijrah tersebut.
Peristiwa hijrah adalah bukti sejarah yang abadi. Mustahil hijrah itu terjadi hanya didorong oleh kecintaan kepada materi. Hijrah justru dilakukan demi meraih tujuan yang lebih tinggi daripada sekedar mendapatkan dunia dan seisinya. Benarlah firman Allah SWT :
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ
Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya. (Al Baqarah : 207)
Momen Hijrah dari Makkah ke Madinah itu memaksa. Al Qur’an mengancam orang-orang yang enggan berhijrah karena lebih memilih tinggal bersama-sama orang kafir Makkah :
إِنَّ الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ ظَالِمِي أَنفُسِهِمْ قَالُوا فِيمَ كُنتُمْ قَالُوا كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ فِي الْأَرْضِ قَالُوا أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا فِيهَا فَأُولَٰئِكَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَسَاءَتْ مَصِيرًا
Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya: "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?". Mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Makkah)". Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. (An Nisa : 97)
Namun, para ulama justru mengecam dengan keras sesiapa yang memaksa penduduk suatu negeri untuk keluar dari tanah kelahirannya yang sudah lama ditinggalinya dengan damai, karena demikian itu adalah sifat penjajah. Menghadapi hal ini, mustahil bicara hak asasi manusia, jika mata dunia membiarkan saja suatu kelompok mengusir suatu kaum dari tanah air dan tanah kelahirannya sendiri.
Demikianlah motivasi hijrah dalam Islam. Para pendakwah Islam yang disinyalir sudah menyambangi nusantara sejak Abad ke-7 menurut Buya Hamka-datang ke wilayah kepulauan ini untuk berdakwah dan tidak pernah membawa hasil kekayaan bumi nusantara ini ke negeri asal mereka, karena para pendakwah itu memang bukan penjajah.
#MuharramMulia
ig : edison_bangedyustadz
والله أعلم بصواب
Penulis adalah Dosen, Peneliti, Penggiat Dakwah dan Pendidikan Agama Islam serta Narasumber di berbagai Forum.
Birulangitid-Dalam pandangan kaum materialis, manusia hanya dipandang sebagai makhluk ekonomi yang hanya akan bergerak jika didorong oleh hasrat atau pertimbangan materi keduniaan. Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dan para sahabat menjawab dengan tegas motivasi tersebut. Para muhajirin bahkan rela meninggalkan rumah, harta benda, keluarga dan seluruh kenangan mereka di Makkah yang notabenenya semua itu adalah kesenangan dunia. Tujuan mereka pindah ke Madinah justru bukan untuk mencari makanan atau mengumpulkan harta kekayaan, melainkan hanya demi menyelamatkan aqidah dan keyakinan. Hadits Arbain An Nawawi yang populer itu meluruskan motivasi hijrah tersebut.
Peristiwa hijrah adalah bukti sejarah yang abadi. Mustahil hijrah itu terjadi hanya didorong oleh kecintaan kepada materi. Hijrah justru dilakukan demi meraih tujuan yang lebih tinggi daripada sekedar mendapatkan dunia dan seisinya. Benarlah firman Allah SWT :
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ
Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya. (Al Baqarah : 207)
Momen Hijrah dari Makkah ke Madinah itu memaksa. Al Qur’an mengancam orang-orang yang enggan berhijrah karena lebih memilih tinggal bersama-sama orang kafir Makkah :
إِنَّ الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ ظَالِمِي أَنفُسِهِمْ قَالُوا فِيمَ كُنتُمْ قَالُوا كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ فِي الْأَرْضِ قَالُوا أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا فِيهَا فَأُولَٰئِكَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَسَاءَتْ مَصِيرًا
Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya: "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?". Mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Makkah)". Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. (An Nisa : 97)
Namun, para ulama justru mengecam dengan keras sesiapa yang memaksa penduduk suatu negeri untuk keluar dari tanah kelahirannya yang sudah lama ditinggalinya dengan damai, karena demikian itu adalah sifat penjajah. Menghadapi hal ini, mustahil bicara hak asasi manusia, jika mata dunia membiarkan saja suatu kelompok mengusir suatu kaum dari tanah air dan tanah kelahirannya sendiri.
Demikianlah motivasi hijrah dalam Islam. Para pendakwah Islam yang disinyalir sudah menyambangi nusantara sejak Abad ke-7 menurut Buya Hamka-datang ke wilayah kepulauan ini untuk berdakwah dan tidak pernah membawa hasil kekayaan bumi nusantara ini ke negeri asal mereka, karena para pendakwah itu memang bukan penjajah.
#MuharramMulia
ig : edison_bangedyustadz
والله أعلم بصواب
Dikembangkan dari buku : Muhammad Abdullah Al Khatib, Makna Hijrah : Dulu dan Sekarang, Jakarta : Gema Insani, 1995