Menyajikan info terkini dunia pendidikan dan berita-berita menarik

Monday, September 28, 2020

Pengusaha Ritel Berpotensi Kehilangan Rp200 T karena Pandemi Corona

0 comments

https://www.birulangit.id/

Birulangitid-Pengusaha ritel memperkirakan pandemi virus corona belakangan ini menimbulkan kerugian hingga Rp200 triliun kepada mereka. Kerugian ini dipicu penurunan omzet secara tajam selama masa pandemi lantaran pandemi membuat kunjungan ke pusat perbelanjaan merosot.


Dikutip dari CNNindonesia Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budiharjo Iduansjah menuturkan dalam setahun, peritel bisanya mengantongi omset hingga Rp400 triliun. Namun, omzet tersebut dipastikan melayang karena pemerintah membatasi kapasitas pusat perbelanjaan hanya 50 persen selama pandemi.

"Kalau angka kami, (omzet) setahun hampir Rp400 triliun. Dihitung saja kalau cuma boleh 50 persen (kapasitas) ya omzetnya turun jadi Rp200 triliun logikanya," paparnya dalam konferensi pers bertajuk 'Dalam Keterpurukan Penyewa dan Pusat Perbelanjaan Menghadapi Resesi Ekonomi', Senin (28/9).

Dalam kesempatan sama, Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengaku khawatir resesi ekonomi yang sudah dipastikan terjadi pada kuartal III 2020 akan menambah beban peritel dan pemilik pusat perbelanjaan.

Apalagi, sektor ini sudah mengalami defisit sejak Maret lalu lantaran pengunjung mulai berkurang akibat pandemi. Saat PSBB transisi kapasitas hanya dibatasi 50 persen, namun dari jumlah tersebut hanya terisi sekitar 30 persen hingga 40 persen.

"Sekarang kondisi pusat perbelanjaan semakin berat, makin defisit terutama trafik pada PSBB pengetatan ini hanya tinggal tersisa sekitar 10 persen-20 persen saja," tuturnya.

Ia meyakini ketika pengumuman resesi ekonomi disampaikan oleh pemerintah, maka kondisi sektor ritel makin memburuk. Pasalnya, masalah tersebut akan berimbas pada penurunan daya beli masyarakat dan transaksi penjualan.

Oleh sebab itu, ia berharap pemerintah bisa mencari cara agar resesi ekonomi ini tidak berkepanjangan.

"Kalau PSBB pertama belum resesi ekonomi, sekarang PSBB ketat plus resesi ekonomi. Jadi, bisa dibayangkan betapa beratnya dan kita semua tahu sejak Maret berarti sudah 6 bulan kondisi defisit terus ditambah masuk resesi ekonomi dan PSBB ketat, ini situasinya memang sangat berat," tuturnya.

No comments:

Post a Comment