Menyajikan info terkini dunia pendidikan dan berita-berita menarik

Monday, November 19, 2012

Enjoy Life VII (Aku dan LDK 25)

0 comments

ORANG-ORANG ANEH
Malam itu malam minggu gerimis. Berdua satu sepeda motor dengannya. Kami duduk merapat. Penuh rasa deg-degan dan.... Eits, aku tidak sedang bercerita tentang orang pacaran. Ini adalah ceritaku tentang dua orang paling aneh dalam hidupku. Salah satu dari dua orang itu ialah yang kubonceng malam itu. Kak Bay. Itulah panggilan akrab kesukaannya, walaupun aku lebih suka memanggilnya akh[1] Bayu, lebih sopan rasanya. Saat itu, kami berdua hendak pergi ke acara “spektakuler”-nya Bang Rommi, begitu juga ia ingin dipanggil, walaupun aku lebih senang memanggilnya akh Rommi. Ya, akh Rommi adalah orang aneh yang kedua. Nanti aku ceritakan kenapa aku sebut acara akh Rommi itu “spektakuler”. Dua orang ini adalah orang yang merubah pandanganku 180 derajat tentang aktivis dakwah kampus. Tadinya kupikir aktivis dakwah itu kaku-kaku, formal-formal, dan ketat sekali dalam bergaul, tetapi ternyata setelah bertemu dan menjalani satu kepengurusan dengan mereka di LSO PM UKKI Unsoed[2], aku merasakan hal sangat berbeda dari dugaanku.
Cerita ini bermula saat pertemuan kami di suatu pagi mendung dingin di awal Maret 2010. Serambi Masjid Kampus NU[3] menjadi saksi bisu pertemuan kami. Akh Rommi, ia sudah kukenal semenjak masuk masa ospek di kampus dulu. Orang Betawi asli ini adalah mantan Ketua Umum LDF Salam[4] Fakultas Peternakan. Orangnya putih, kurus, tidak terlalu tinggi, rambut lurus agak bergelombangnya ia buat belah tengah, dan satu lagi, ia memiliki tampang sangat melankolis. Tak pernah kutemui sebelumnya orang berpenampilan culun sekaligus bertampang semelankolis dia. Akh Bayu, orangnya ganteng, bicaranya renyah, perawakannya sedang, dan jalannya yang tak seimbang merupakan ciri khasnya.
Aku menunggu hampir 45 menit dari jadwal yang dijanjikan, barulah setelah itu mereka mucul dengan sepeda motor khas tahun 80-an, baik suaranya maupun body-nya. Tak elit sama sekali, tetapi terkesan antik.
“Assalamualaikum, wah... luar biasa akh Asep, uda stand by[5] di sini. Maaf ya Sep, tadi saya nunggu Bayu dulu, nggak nunggu lama kan?”, Akh Rommi mengeluarkan jurus terampuhnya untuk diberi maaf: Pujian dan senyuman.
“Waalaikumsalam warahmatullah, iya akh, gak apa-apa”, jawabku enteng.
“Kenalkan, ini Bayu, Fakultas Hukum angkatan 2008 ekstensi, walaupun die  angkatan 2008, tapi masalah usia tetep mudaan gua” Akh Rommi mengenalkan dengan candaan khasnya.
Arizma Bayu Suwito. Itu nama lengkapnya. Pertama kali yang ia lakukan ketika kami bertemu adalah ia memelukku kanan kiri
“Bayu”, ia mengenalkan dirinya, tetapi, setelah itu apa coba yang ia katakan,
“Kurang ajar lu Mi, maen buka rahasia ni... walaupun beda dikit ma Rommi, tapi tampangku nggak jauh beda ma anak 2009 kan Sep, haha...” Sejak saat itu aku putuskan: mereka berdua orang yang aneh.
“Oke, kita mulai aja syuro-nya, akh Asep, antum  moderatornya ya?”
Mereka sama sekali tidak punya kepekaan bahasa. Mereka seperti tidak tahu mana kata ganti diri yang lebih sopan antara “Aku” dan “Saya”, khususnya saat syuro. Ah apalagi kata ganti “Gua”, sangat kasar menurutku. Diibaratkan kalau dalam bahasa Sunda, terjemahan dari “Saya” itu Abdi, kata ganti diri yang paling sopan dan paling dianjurkan ketika berbicara dengan orang yang kita hormati. Kata ganti “Aku” terjemahannya adalah Urang, kata ganti ini sebaiknya digunakan dalam percakapan sehari-hari dengan teman sebaya saja, tidak untuk digunakan ketika berbicara dengan orang yang kita hormati ataupun dalam acara formal. Sering sekali mereka memakai kata ganti “Gua”, bagiku yang orang Sunda, terjemahannya adalah Áing, itu adalah kata ganti diri dengan kasta paling rendah dalam Undak-usuk Basa[6] pada bahasa Sunda. Kata-kata itu adalah kata-kata paling kasar untuk kata ganti diri dan sangat tidak layak untuk diucapkan sesama teman untuk saling menghormati apalagi dalam forum seperti syuro.  Tak hanya itu, mereka juga terlalu santai dalam ber-syuro. Sebentar, apakah aku yang memang terlalu kaku?
“Aku pengen ngadain acara Seminar Internasional, temanya tentang Pemuda dan Palestina, aku punya link ke Ustadz Ferry Nur, beliau ketua KISPA, Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina. Kabarnya, beliau dan orang-orang KISPA sedang menggalang bantuan buat dikirim ke Palestina waktu dekat ini, pengennya setelah ia pulang dari sana, beliau bisa ngisi di acara kita ini. Jadi sekalian beliau bisa menceritakan pengalamannya di sana. Satu lagi pembicaranya mantan Dubes[7] Irak, Pak Dachlan, dia Bokap-nya temenku. Aku pengen kolabarisiin mereka untuk membuka mata para pemuda, khususnya pemuda Indonesia. Tau lah di Timur Tengah sana para pemudanya mati-matian bela akidah, mereka gigih mempertahankan harga diri mereka sebagai seorang muslim, eh pemuda Indonesia yang notebenenya negeri muslim terbesar kebanyakan malah jadi anak hedon[8].” Layaknya seperti orang yang sedang berorasi, Akh Bayu memaparkan mimpi besarnya kepada kami dengan semangat, mungkin untuk menunjukkan bahwa mimpinya layak untuk dijadikan salah satu Proker[9] LSO PM dikepengurusan ini.
“Hubungannya dengan kita sebagai pemakmur masjid apa Akh?” tanyaku.
“Dulu di zaman Nabi Saw, masjid itu tidak hanya sebagai tempat ibadah saja, tapi untuk merancang strategi perang juga. Kenapa nggak kita adain acara seminar itu di sini. Gimana?”
“Saya ragu Akh, apa itu bisa dizinkan sama ketua takmir[10]?”
“Dulu di sini pernah diselenggarain acara Tabligh Akbar Ustadz Arifin Ilham, peserta sampai membludak ke jalan. Tapi itu memang Tabligh Akbar, bukan seminar.” Akh Rommi menjelaskan.
“Iya, Gua inget. Gua pernah dapet ceritanya. Kenapa tidak coba dulu? Mungkin ketika kita bisa mem-booming-kan acara ini sampai ke stasiun TV nasional, nama Unsoed sendiri bisa terangkat. Kita juga bisa minta ketua takmirnya buat ngisi sambutan. Gimana?”
“Kira-kira mau ngapain ngadainnya?” tanya akh Rommi.
“Awal Juni, kayaknya beliau uda pulang dari sana, jadi nggak mepet acara PMB juga, 3 bulan ini kita manfaatin buat matengin konsep dan sebar proposal.”
Aku begitu terpukau dengan rencana besarnya Akh Bayu. Cukup masuk akal dan sangat menantang. Walaupun begitu, ada hal lain yang membuatku penasaran: Kenapa akh Bayu kadang pake kata ganti”Aku”, kadang “Gua”.
Aku melihat Akh Rommi menarik napas panjang. Kupikir ia sudah sangat lelah menjalani amanah tahun lalu sebagai ketua LDF dan tahun ini ia harus berlelah-lelah lagi menjalankan proker besar ini, bahkan mungkin ini juga pertama bagi akh Rommi. Tetapi, kupikir bukanlah seorang kader dakwah kalau takut dengan tantangan, apalagi bila acara ini sukses, ada pesan besar yang akan tersampaikan ke khalayak ramai dan efek manfaat acara ini akan benar-banar membuat perubahan pikirku.
Bismillah... kita ambil ini menjadi salah satu Proker kita. Tapi karena acara ini kita adain di awal Juni, berarti kita harus mulai gerak dari sekarang. Sekarang Maret, berarti tinggal 3 bulan lagi.”
Aku senang sekali saat itu, akh Rommi memberikan jawaban yang memuaskan dan sangat bijak. Kupikir ini akan menjadi pengalaman pertamaku menjadi panitia untuk acara taraf internasional. Memang sejak awal masuk kuliah, aku sudah berniat untuk ikut organisasi, dan di organisasi kerohanian Islamlah yang membuatku nyaman untuk berkembang. Aku ingin balas dendam, karena di SMA tak pernah satupun organisasi yang aku ikuti. Aku harus bisa berorganisasi. Itu tekadku sejak awal. Dan semenjak saat itu, mimpi menyelenggarakan acara seminar internasional untuk pemuda dan palestina ini sudah sah menjadi mimpi kami bertiga.
* * *
Sekitar satu bulan kemudian...
“Gimana ni Akh?” desakku ke akh Bayu.
“Aku juga gregetan sama anak-anak UKKI, sih kerjanya ngapain? Acara gede kayak gini belum ada geraknya, tinggal dua bulan lagi coba”
“Anak UKKI banyakan lagi fokus di rangkaian acara Islamic’s Day, walaupun emang kesepakatan awal acara seminar kita ini masuk dalam agenda kepanitiaan besar itu, tapi kebayakan mereka memang lagi fokus di acara lain seperti bazar yang kekurangan peminat, Islamic Competition yang harus nyari-nyari pesertanya, dan memang kebanyakan panitia lagi sibuk-sibuknya di akademik. Ustadz Ferry Nur gimana?”
“Minggu kemaren aku hubungi, kabarnya ia sudah berangkat. Katanya ia mau di sana sekitar 2 bulan. Kita harus konsep ulang. Tapi, ntar aku tanya anak lain dulu gimana jalan keluarnya, Rommi juga gak tahu kemana dia”
Akh Rommi sibuk di TPQ[11]-nya kayaknya”
“Ya uda, nanti tak coba hubungi lagi, kasian juga sih panitia, ngerasa dulu juga pas SMA aku ngadain acara kayak gituan, cape banget, tapi alhamdulillah sukses besar, tapi aku nggak habis pikir, uda tahu PKM[12] itu sepi, masih mau mereka ngadain bazar disana”
“Mudah-mudahan banyak pelajaran”
* * *
Serangan tentara Israel ke Kapal Mavi Marmara yang sedang menuju Jalur Gaza, Palestina, Senin, 31 Mei kemarin, membuat korban berjatuhan. Lebih dari 500 aktivis dan relawan dari 30 negara yang sedang berada di perairan internasional tak berkutik. Menurut versi Israel korban tewas berjumlah sembilan orang. Namun, versi para relawan menyatakan 19 orang tewas ditembak...
Sejumlah relawan Indonesia yang ikut dalam misi kemanusiaan di kapal tersebut antara lain dari Tim MER-C, KISPA dan Sahabat Al Aqhsa, dan Hidayatullah.com. Mereka adalah Ferry Nur, Muhendri Muchtar, Hardjito Warno, dan Oktaviano ikut dalam tim KISPA. Hingga kini, 12 WNI masih ditahan Pemerintah Israel.

Hampir tak percaya ketika pertama kali mendengar berita ini di TV. Ustadz Ferry Nur yang sedianya akan kami undang ke Purwokerto, sekarang sedang berjibaku dengan tentara Israel laknatullah di lautan sana menuju Palestina. Ada perasaan aneh menghampiriku. Geram, marah, kesal, sekaligus prihatin. Perasaan ini membuatku bertekad: Aku juga harus melakukan sesuatu untuk Palestina, semampuku, aku harus menyukseskan acara seminar Internasional ini.
* * *
Pertolongan Allah memang selalu datang tanpa bisa diduga kapan dan darimana datang. Dua minggu sebelum hari-H, pak Adhyaksa Dault berkenan hadir ke acara kami. Setelah diskusi panjang lebar dan pelobian ke berbagai pihak, akhirnya acara ini berubah nama menjadi Talkshow Kepemudaan. Pak Dachlan Abdul Hamied, mantan Dubes Irak pun bersedia menjadi pembicara mendampingi mantan Menpora[13] itu. Pak Totok Agung, ketua LPPM[14] Unsoed bersedia menjadi moderatornya. UKI[15] Fakultas Hukum, UKI Fakultas Ekonomi, dan Salam Fakultas Peternakan menjadi mitra kami dalam kepanitiaan.
Tepat tanggal 12 Juni 2010, acara berlangsung di Aula Gedung Yustisia III Fakultas Hukum. Peserta datang melebihi kouta, bahkan ada beberapa yang terpaksa kami tolak. Dana yang semula nihil, alhamdulillah malah bisa profit dan menutupi kerugian rangkaian acara Islamic Day UKKI. Sehari sebelumnya akh Bayu sempat sakit, tetapi alhamdulillah, ada akh Rommi yang memang sejak satu bulan lalu adalah orang yang paling fokus di acara ini, sampai saat hari-H pun, ia lah yang menjadi koordinator pelaksananya. Aku. Saat itu aku memutuskan untuk tidak hanya bersemangat menyelenggralan acara besar, tetapi juga mengenai manajerial kepanitiaan. Tepatnya kepanitiaan dadakan.
* * *
Malam minggu gerimis itu sangat mirip dengan malam ketika kami bertiga pulang dari acara pembubaran panitia, kami sama-sama bertakbir sekeras-kerasnya,
“Allahukabar!!! Allahuakbar!!!”, suara itu seolah-olah membuka ruang antara motor yang kami kendarai dengan tetesan air langit, seakan-akan ada slow motion saat itu. Suasana aneh itu, perasaan aneh itu: Indah.
Innallaha ma’na!!! Innallaha ma’ana!!!” Teriakan akh Bayu ini membuatku semakin tenggelam dalam suasana haru. Inilah hasil dan kesimpulan dari usaha kami berbulan-bulan: Innallaha ma’ana. Sesungguhnya Allah bersama kita.
Kami berdua hampir telat datang ke acara “spektakuler”-nya akh Rommi itu. Alhamdulillah ternyata berkat telat, kami jadi duduk di barisan paling depan, tepat di depan kami ada ia yang akan melaksanakan ijab-qabul. Ya, acara spektakuler itu adalah walimahannya akh Rommi. Ia memberanikan diri menikah muda, yang menjadi spektakuler adalah karena tak banyak aktivis dakwah kampus yang seberaninya. Memang, sejak awal ia orang yang aneh. Akh Bayu juga, ia sempat meneteskan air mata ketika ijab-qabul itu selesai dengan sah. Dasar orang aneh. Aku sendiri? Mungkin, aku sudah ketularan aneh mereka.
Ya, Akh Rommi dan Akh Bayu. Dua orang yang sepenuhnya telah merubah pandanganku tentang aktivis dakwah kampus. Aktivis dakwah kampus tidak harus selalu kaku dengan bahasa ana-antum-nya ataupun dengan gaya ekslusifnya. Aktivis dakwah kampus haruslah mampu bergaul dengan siapapun, berhumanis dengan siapapun. Dan yang paling penting bukanlah seberapa alim gaya bergaul kita, ataupun seberapa banyak pemahaman kita tentang Islam, tapi yang paling penting adalah seberapa besar kontribusi kita untuk dakwah, untuk kebaikan seluruh umat manusia atas pemahaman yang kita miliki.

                        Purwokerto, 30 April 2012
Asep Koharudin
Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman
Angkatan 2009
@sepkoh91
Kepala Bidang Syiar Salam Fapet Unsoed
Staf Biro Kewirausahaan UKKI Unsoed  





[1] Panggilan akrab kepada laki-laki dikalangan aktivis dakwah
[2] Lembaga Semi Otonom Pemberdayaan Masjid Unit Kegiatan Kerohanian Islam Universitas Jenderal Soedirman
[3] Nurul Ulum
[4] Lembaga Dakwah Fakultas Persaudaraan Islam
[5] Hadir
[6] Tatakrama berbahasa
[7] Duta Besar
[8] Orang yang menganggap hidup hanya untuk senang-senang
[9] Program Kerja
[10] Pengurus Masjid
[11] Taman Pendidikan Qur’an, tempat belajar membaca al-Quran bagi anak-anak
[12] Pusat Kegiatan Mahasiswa
[13] Menteri Pemuda dan Olah raga
[14] Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
[15] Unit Kerohanian Islam

No comments:

Post a Comment