Sumber Gambar : flickr.com |
Edison (bang edy ustadz)
Penulis adalah Dosen, Peneliti, Penggiat Dakwah dan Pendidikan Agama Islam serta Narasumber di berbagai Forum
Birulangitid-Pengantar acara penyusun sejarah Riau telah menguraikan beberapa pendapat tentang arti kata Siak, yang menjadi nama sungai yang mengalir di negeri Riau ini, kemudian menjadi nama dari sebuah Kerajaan yang berdiri di tepi sungai tersebut. Ada satu pendapat bahwa orang Siak adalah orang yang dianggap ahli dalam agama Islam. Ada juga yang mengatakan bahwa orang Siak itu adalah sesiapa yang berkhidmat untuk urusan masjid ataupun kegiatan yang bertalian dengan agama Islam di suatu kampung. Istilah untuk hari ini adalah takmir Masjid atau marbot.
Buya Hamka sendiri selain mendengar langsung tentang pendapat tersebut, menegaskan bahwa di Minangkabau, sudah dipahami bahwa yang disebut orang Siak adalah orang-orang ahli agama Islam. Sama artinya dengan pengertian orang Jawa menyebut santri, gus ataupun kyai. Buya Hamka juga menyebut bahwa jika di Minangkabau, orang seperti dirinya termasuk golongan orang Siak. Jika si Fulan hidupnya tekun beragama, maka dikatakan orang, ‘’ Si Fulan itu Siak benar. ‘’
Di semenanjung Tanah Melayu (Malaysia Barat), umumnya yang disebut Siak itu memang pengurus harian Masjid. Kadang-kadang diartikan, orang-orang Siak itu ialah orang-orang yang ditugaskan mengurus, memandikan dan menshalatkan jenazah. Bagaimanapun diartikan cara Minangkabau atau cara di Malaysia, maka terang sekali bahwa kata Siak sangat bertali erat dengan agama.
Akan tetapi Buya Hamka pernah mendengar dari Syekh Dr. Abdullah Ahmad (ulama besar Minangkabau, wafat 1934 M), bahwa pepatah Minangkabau yang terkenal : ‘’ Adat menurut, syara’ mendaki ‘’, mendaki yang di maksud di situ ialah mendaki dari daerah Siak ini, bukan daerah yang lain sebagaimana dikatakan orang. Buktinya, kata beliau : ‘’ Ialah orang-orang yang ahli dalam agama Islam, sejak dahulu sampai sekarang, memang disebut orang Siak. “ Maka diyakini, Siak adalah pusat menuntut ilmu-ilmu agama Islam sejak dulunya.
Siak itu ialah Minangkabau Timur, mulai dari Rokan, Kampar dan sekitar Sungai Siak. Jika ahli-ahli agama Islam kelihatan, mereka dihormati dan disebut orang Siak, sampai sekarang. Maka menurut Dr. Abdullah Ahmad tadi kepada orang Minang : ‘’ Nenek moyang tuang-tuan dari Kampar.’’
Daerah Rokan dan sekitar Sungai Siak sekarang inilah asal guru-guru nenek moyang kami orang Minang, yang mengislamkan kami orang-orang Mudik, orang pedalaman Minangkabau. Di sekitar tepian Sungai Siak ini pulalah tumbuh berkembang Ibukota Provinsi Riau yang kita cintai ini.
Selamat Ulang Tahun Provinsi Riau yang ke-63
09 Agustus 1957 – 09 Agustus 2020
Sumber : Prof. Dr. Hamka, Dari Perbendaharaan Lama, Menyingkap Sejarah Islam di Nusantara, Jakarta : Gema Insani, 2017