Menyajikan info terkini dunia pendidikan dan berita-berita menarik

Thursday, November 23, 2017

Beberapa Jenis Panah Tradisional

4 comments

Sejarah Singkat Alat Panah (Busur Panah)

Senjata alat panah cukup tua. Alat panah dengan jenis yang sederhana telah ada sejak zaman prasejarah. Menurut wikipedia.org, busur panah dan panah ada pertama kali pada zaman paleolitik dan mesolitik. Ini dilihat dari fosil yang ditemukan nataturk, Kenya.

Sedangkan busur panah yang masih utuh sekarang tercatat berasal dari 9000 sebelum masehi. Setelah itu banyak jenis dan inovasi anak panah yang ada di setiap daerah dan masa. Panah terus digunakan untuk berburu dan perang sampai sekitar abad ke-16. Pada abad tersebut penggunaan senjata api mulai meluas. Waktu itu merupakan berkembangnya zaman abad pertengahan dan imperialisme, yang di pionirkan oleh Inggris dan Spanyol.

Tidak ada sistem klasifikasian yang baku dan resmi dalam menentukan anak panah. Jenis anak panah ada begitu panah, ada jenis anak panah yang kemudian populer, ada juga yang hanya menjadi catatan sejarah. Umumnya jenis busur panah dibedakan hal berikut:
  1. Jenis Material yang digunakan
  2. Panjangnya tarikan busur
  3. Bentuk melintang dari busur
  4. Bentuk bagian tengah limb busur
Berdasarkan hal-hal di atas, berikut adalah beberapa jenis panah tradisional yang populer

Busur HORSEBOW dan Thumb Draw


Sebelum itu, untuk dapat paham secara utuh, perlu diketahui bahwa tradisi panahan di dunia ini tidaklah sama semuanya, tradisi panahan di dunia ini berbeda-beda menurut perkembangan kebudayaan dan peradabannya masing-masing. Secara umum, ada 2 tradisi besar panahan, yaitu: Tradisi Barat dengan jenis busur dan teknik yang biasa digunakan orang-orang barat semenjak dahulu seperti tradisi peradaban Celtic/Galia, tradisi peradaban Romawi dan Yunani, tradisi peradaban Germanic, tradisi peradaban Norse/Viking, tradisi peradaban Slavia, dan sebagainya termasuk tradisi peradaban Barat Modern.

Serta ada Tradisi Timur dengan jenis busur dan teknik yang digunakan orang-orang timur seperti dalam tradisi peradaban Islam (Arab, Ottoman, Mamluk, Mughal, dsb), tradisi peradaban Stepa Asia Tengah (Mongol, Hun, Tatar dsb), tradisi peradaban Persia dan Indo-Arya (India), tradisi peradaban Semit dan Mesir Kuno, tradisi peradaban Timur Jauh (Jepang, Korea, China), tradisi peradaban Nusantara dan sebagainya.

Selain itu ada lagi tradisi-tradisi panahan yang skalanya minor atau telah punah seperti tradisi peradaban Afrika (barat, timur, tengah, selatan), tradisi peradaban Indian Amerika Utara, tradisi peradaban Amerika Selatan (Aztec, Inca, Maya), tradisi peradaban Aborigin dan sebagainya. Sehingga masing-masing yang mempelajari tradisi memanah ini akan memiliki sanad keilmuan yang berbeda-beda jika dirunut ke masa lalu. Teknik dan metode panahan yang dipelajari dalam grup ini adalah Tradisi Panahan Timur dengan menggunakan jenis Busur Horsebow dan teknik Thumb Draw.

Definisi Busur Horsebow: Busur Horsebow adalah istilah umum genre busur yang secara tradisi biasa digunakan sambil menunggang kuda dengan performa yang paling optimal, karena ada busur lain yang juga bisa digunakan di atas kuda namun tidak optimal. Busur horsebow ditandai dengan ukurannya yang relatif pendek, walau ada juga yang panjang, serta berbahan komposit: kayu/bambu, tanduk dan otot/sinew, dan terdiri dari 3 bagian utama yaitu: gagang, dustar (lengan yang dapat melengkung ketika busur ditarik) dan siyah (segmen kaku di ujung-ujung busur tempat mengaitkan tali busur). Serta disebut dengan busur reflex, karena busur ini umumnya berbentuk huruf C ketika belum dipasangkan tali, dan harus diregangkan untuk dipasangkan tali hingga menjadi bentuk lain yang didalamnya telah tersimpan energi potential pegas yang besar. (Gambar kiri dan kanan atas)

Definisi Thumb Draw: Teknik thumb draw adalah teknik memanah dengan menggunakan jempol untuk menarik tali busur. Dalam teknik ini, tali busur dikaitkan pada jempol yang diperkuat dengan kepalan seluruh tangan yang digunakan untuk menarik busur. Ciri lainnya adalah anak panah diletakkan di sisi kanan pada pangkal jempol tangan yang memegang busur, bukan di sisi kiri. Alat bantu yang diperlukan dalam teknik ini adalah pelindung jempol baik dalam bentuk kulit pelapis maupun cincin jempol atau thumb ring.

YUMI 

Yumi amat panjang (sepanjang melebihi dua meter), melepasi ketinggian pemanah (ite 射手). Ia secara tradisi dihasilkan dengan menggunakan laminating buluh, kayu dan kulit, menggunakan teknik yang tidak berubah selama beberapa abad, sungguhpun sesetengah pemanah (terutamanya yang baru) mungkin menggunakan yumi buatan. Pembinaan yang digunakan dalam pembangunan Jepun bagi panah (laminated bow) digunakan secara meluas selama beberapa abad sepanjang Eurasia Utara dan semasa Jōmon di Jepun.



Yumi mempunyai bentuk taksekata (asymmetrik); kedudukan pemegang adalah sekitar satu pertiga dari bawah dan bengkok bahagian bawah dan atas adalah berbeza. Beberapa hipotesis telah ditawarkan bagi bentuk tak sekata ini. Sesetenhag percaya bahawa ia direka bagi kegunaan semasa menunggang kuda, di mana yumi boleh di alih dari kekiri dan kekanan dengan mudah. Yang lain percaya bahawa bentuk tak sekata diperlukan bagi membolehkan memanah dari kedudukan melutut dan penjelasan lain adalah ia merupakan ciri kayu semenjak masa sebelum teknik melapis.

Tali (tsuru) yumi secara tradisi dihasilkan dari hemp, sungguhpun pemanah moden akan menggunakan tali yang dihasilkan dari bahan buatan seperti Kevlar, yang tahan lebih lama. Tali panah biasanya tidak diganti sehingga putus; ini menghasilkan yumi membengkok kearah bertentangan dengan cara ia ditarik, dan dianggap baik bagi penjagaan yumi. Titik menakuk panah pada tali dihasilkan melalui penggunaan hemp dan gam bagi melindungi tali dan memberikan ketebalan yang membantu memegang lekuk pada anak panah semasa menarik busur.

LONG BOW
 
Long Bow merupakan jenis busur yang memiliki dimensi busur yang cukup panjang kira-kira panjangnya sama dengan tinggi penggunanya. Panjang busur long bow dapat mencapai 2 meter. Dimensi busur yang panjang ini dimaksudkan agar busur tersebut dapat ditarik hingga mencapai wajah penggunanya. Salah satu varian dari busur ini yaitu English Long Bow banyak digunakan oleh Inggris dalam peperangan sebelum fungsi busur ini sebagai senjata digantikan oleh senjata api. Berat tarikan (draw weight) dari busur ini dapat mencapai 160 lbf atau sekitar 710 N 

JEMPARINGAN  

Jemparingan adalah seni budaya olahraga tradisional panahan. Seperti halnya olahraga panahan yang kita kenal, jemparingan juga menggunakan busur (bs. jawa: gandewo, gendewa) untuk melontarkan anak panah (bs. jawa: jemparing). Berbeda dengan olahraga panahan yang biasa kita saksikan, jemparingan memiliki beberapa perbedaan yang membuat kegiatan ini menjadi unik dan menarik,

#1. Duduk bersila.
Posisi duduk pemanah pada saat melakukan kegiatan jemparingan adalah dengan duduk bersila.


#2. Sasaran yang digunakan.
Olahraga panahan biasa menggunakan sasaran berupa lingkaran nilai, baik itu kelas tradisi maupun kelas-kelas lain yang dilombakan. Dalam jemparingan sasaran yang digunakan adalah orang-orangan (bs.jw: wong-wongan, bandulan) berbentuk silinder dengan panjang sekitar 30-33 cm dengan diameter 3.0-3.5cm;

#3. Busana yang digunakan.
Yang paling menarik adalah di dalam sebuah gladhen jemparingan para pemanah yang mengikuti perlombaan mengenakan busana jawa tradisional lengkap (bs.jw: jawi jangkep).


jemparingan tradisional bandulan menggunakan gendewa untuk melontarkan jemparing dengan sasaran berupa bandul. Pada bagian ini akan dijelaskan peralatan apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan jemparingan tradisional bandulan.
Secara umum, peralatan yang digunakan dalam kegiatan jemparingan tradisional bandulan adalah:
1. Gendewa
2. Jemparing
3. Bandul

Gendewa
Bahan yang digunakan untuk membuat sebuah gendewa terdiri dari kayu, bambu dan tali (bs.Inggris: string, bs.Jawa: kendheng).
Bagian-bagian penting dari sebuah gendewa adalah:
1. Cengkolak (bs.Inggris: handle, bs.Ind: pegangan, grip) terbuat dari kayu keras yang relatif ringan, seperti sono-keling, sawo, glugu (batang kelapa) dan jenis kayu keras lainnya.
2. Lar (bs.Inggris: limb , bs.Ind: sayap) terbuat dari bambu kering dengan ruas yang cukup panjang (sekitar 50-60 cm). Terdiri dari dua bilah, bagian atas dan bawah. Bilah ini adalah bagian paling penting dari sebuah gendewo karena berfungsi sebagai pelontar jemparing.
3. Kendheng (bs.Inggris: string, bs.Ind: tali busur) terbuat dari polyster (Dacron B50), serat kevlar dan spectra . Saat ini bahan yang digunakan sebagai bahan pembuat kendheng masih merupakan material yang diimport dari luar negeri.

Bahan yang digunakan untuk membuat sebuah jemparing adalah bambu, besi, bulu unggas dan sedikit bahan plastik. Bagian-bagian penting dari sebuah jemparing adalah:
1. Deder (bs.Inggris: shaft, bs.Ind: batang) terbuat dari bambu berbentuk silinder berdiameter 50 – 57 mm dengan panjang berkisar antara 60 – 70 cm.
2. Bedor (bs.Inggris: arrow head, bs.Ind: mata panah) terbuat dari besi, berbentuk runcing.
3. Wulu (bs.Inggris: fletching, bs.Ind: bulu) terbuat dari bulu unggas, biasanya memanfaatkan bulu itik/entok.
4. Nyenyep (bs.Inggris: nock, bs.Ind: nok) terbuat dari bahan plastik, yang sampai saat ini masih diimport dari luar-negeri.

Material bandul bisa sangat beragam. Namun bahan yang paling sering digunakan adalah jerami, lembar karet, busa dan kain untuk membungkusnya. Agar tidak mudah robek, kain biasanya diberi lapisan pengeras dengan lem kayu/kertas. Ukuran bandul yang biasa digunakan adalah bandul dengan ukuran panjang 30-33 cm dengan diameter 3.0 – 3.5 cm.

Bandul yang digunakan untuk jemparingan tradisional bandulan biasanya diberi warna merah di ujung atas (sekitar 5 cm) dan sisanya adalah putih.
Namun beberapa tradisi juga memberikan warna kuning (dengan lebar 1 cm) di antara warna merah dan putih serta warna hitam (dengan lebar 1 cm) di bagian bawah.
Warna pada bandulan memiliki penyebutan dan nilai yang berbeda.
1. Warna merah diberi nama molo, sirah (Ind: kepala) dan bernilai 3;
2. Warna kuning jika ada pada bandul diberi nama jonggo (Ind: leher) dengan nilai 2;
3. Warna putih diberi nama awak (Ind: badan) dan nilai 1;
4. Warna hitam jika ada pada bandul diberi nama bokong (Ind: pantat) dengan nilai -1;


bandul ini diletakkan sejauh 30 – 33 meter dari posisi pemanah dan menggantung setinggi 160 cm dihitung dari permukaan tanah hingga ujung atas bandul.
Untuk menahan laju jemparing yang tidak mengenai bandul, biasanya di bagian belakang bandul akan dipasang geber (bs.Ind: tirai) yang terbuat dari lembaran karet keras dengan ketebalan 0.8 – 1 cm.

FLAT BOW

Busur jenis ini hampir-hampir tidak melengkung. Limb-nya rata dan penampangnya relative lebih lebar. Bentuknya lebih terlihat seperti persegi. Namun demikian, flatbow modern sekarang ini justru lebih mirip dengan longbow klasik.

SHORT BOW


Busur ini merupakan versi lebih pendek dari longbow maupun flatbow. Hanya saja, busur ini memiliki kelemahan tarikan yang tidak bisa panjang karena busurnya pendek. Efeknya, daya jangkau dari anak panah yang dilesatkan juga lebih pendek.
Shortbow pertama kali berkembang di Amerika dan Afrika yang digunakan oleh suku-suku di pedalaman untuk tujuan berburu.

4 comments:

  1. Ooohh... begitu ya sejarahnya. Banyak ragam juga ya ternyata jenis panah ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yuhuii master sabtu sore boleh lah gabung latihan panah with us di masjid arfaunas

      Delete
    2. This comment has been removed by the author.

      Delete
  2. Tulisan bermanfaat .. keren . Terimakasih admin

    ReplyDelete