Birulangitid-Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Republik Indonesia mengidentifikasi terjadinya fenomena La Nina dengan level moderat pada bulan Oktober dan November.
Hal itu disampaikan Kepala BMKG Republik Indonesia, Dwikorita Karnawati saat membuka acara Rakornas antisipasi bencana Hidrometeorologi dan Gempabumi-Tsunami untuk mewujudkan Zero Victims secara virtual, Rabu (7/2)10/20).
Ia menyampaikan, fenomena tersebut telah diamati selama dua bulan berturut-turut, serta diamati juga oleh badan iklim lainnya yakni National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) dari Amerika, Japan Meteorological Agency (JMA) dari Jepang dan Bureau of Meteorology dari Australia.
Dengan diamati selama dua bulan bertutur-turu, Dwikorita mengatakan fenomena itu diakibatkan adanya anomali negatif suhu air laut yang akhirnya berdampak terjadinya aliran masa udara basah yang kuat dari arah Samudera Pasifik bagian tengah ekuator menuju kepulauan Indonesia.
"Sedangkan dampak lanjutnya adalah meningkatkan penguatan atau pasokan uap air diwilayah kepualuan Indonesia sehingga curah hujan bulanan diwilayah Indonesia akan meningkat dan diprediksi dapat mencapai 40 persen peningkatannya," terang Kepala BMKG itu.
Lebih lanjut ia menjelaskan, melihat peta La Nina diprediksi pada bulan September, Oktober dan November menunjukkan curah hujan bulanan semakin besar dan semakin melampaui 40 persen.
"Sehingga diprediksi mulai Oktober sampai November dampak La Nina ini akan mengena hampir diseluruh wilayah Indonesia yakni dengan curah hujan intensitas lebat kecuali di Sumatera," jelasnya. "Oleh sebab itu, karena ini sudah Oktober maka kami mengajak untuk bersiap karena ini sudah didepan mata kita. Sebagian besar wilayah Indonesia kecuali Sumatera akan mengalami curah hujan bulanan yang tinggi yakni 40 persen dari normalnya," tutupnya.
Dengan diamati selama dua bulan bertutur-turu, Dwikorita mengatakan fenomena itu diakibatkan adanya anomali negatif suhu air laut yang akhirnya berdampak terjadinya aliran masa udara basah yang kuat dari arah Samudera Pasifik bagian tengah ekuator menuju kepulauan Indonesia.
"Sedangkan dampak lanjutnya adalah meningkatkan penguatan atau pasokan uap air diwilayah kepualuan Indonesia sehingga curah hujan bulanan diwilayah Indonesia akan meningkat dan diprediksi dapat mencapai 40 persen peningkatannya," terang Kepala BMKG itu.
Lebih lanjut ia menjelaskan, melihat peta La Nina diprediksi pada bulan September, Oktober dan November menunjukkan curah hujan bulanan semakin besar dan semakin melampaui 40 persen.
"Sehingga diprediksi mulai Oktober sampai November dampak La Nina ini akan mengena hampir diseluruh wilayah Indonesia yakni dengan curah hujan intensitas lebat kecuali di Sumatera," jelasnya. "Oleh sebab itu, karena ini sudah Oktober maka kami mengajak untuk bersiap karena ini sudah didepan mata kita. Sebagian besar wilayah Indonesia kecuali Sumatera akan mengalami curah hujan bulanan yang tinggi yakni 40 persen dari normalnya," tutupnya.