Rasanya masih hangat ditelinga kita dengan kisah perjuangan untuk dapat berqurban yang dilakukan oleh pasangan suami istri yang berprofesi sebagai pemulung. Mak Yati yang berusia 55 tahun dan suaminya Maman yang berusia 35 tahun, berusaha selama 3 (tiga) tahun untuk mengumpulkan uang dari hasil mereka memulung setiap hari dimana penghasilan mereka jika digabung maka hanya akan terkumpul sebesar Rp 25 ribu bahkan kambing yang dikurbankan menjadi yang terbesar di Masjid Al Ittihad, Tebet, Jakarta Selatan.
Tak sedikit tulisan hikmah yang dapat diambil dari kisah semangat mereka untuk berqurban dan tak sedikit pula rasa malu karena justru kalah dalam beramal dengan penghasilan yang melebihi dari mak yati dan suaminya dapatkan. Tapi kemudian ada sebuah kisah cinta yang cukup menarik dibalik kisah qurban ini.
Mak Yati yang berusia 55 tahun dan suaminya Maman yang berusia 35 tahun, ada jarak yang sangat jauh yang menyatukan cinta mereka. 20 tahun jarak usia diantara mereka dengan kondisi Mak Yati lebih tua dari usia usia suaminya. Jarak usia pernikahan yang akan sangat jarang kita temui saat ini, jikapun ada hal ini hanya terjadi dengan kondisi sebaliknya dimana si laki-laki yang terpaut usia lebih tua daripada si wanita.
Dengan jarak usia yang terpaut sangat jauh mereka berhasil memadukan segala unsur perbedaan yang ada diantara mereka. Terutama suami mak Yati, ada keingintahuan motifasi cinta apa sehingga begitu lega menerima cinta mak yati yang terpaut usia 20 tahun lebih tua dari dirinya. Dan kemudian keberhasilan terbesar dari kisah cinta mereka adalah mereka dapat membuat perbedaan usia menjadi jalan untuk berjuang dan beramal bersama.
Tiga tahun mengumpulkan uang untuk berkurban dengan 2 (dua) ekor kambing seharga Rp 1 juta dan Rp 2 juta tentunya membutuhkan kesabaran cinta yang luar biasa. Sang suami yang sabar untuk wujudkan impian istrinya untuk berqurban dan sang istri memberikan semangat kepada suami bahwa ini adalah amal yang harus di tunaikan. Cerita mak Yati-pun tak sedikit yang menertawakan “Pada ketawa, bilang sudah pemulung, sudah tua, nggembel, ngapain qurban,” tapi dengan penuh keyakinan mak Yati mengatakan “saya pikir sekali seumur hidup masak tidak pernah qurban. Malu cuma nunggu daging kurban”.
Ikhwahfillah
Kisah cinta mak Yati dan suaminya Maman bukan inspirasi biasa, tapi ini merupakan inspirasi luar biasa bahwa kecantikan, harta, kedudukan atapun keturunan tak menjamin akan bisa membawa kita ke surga. Pilihan menikahi seorang wanita ataupun seorang pria karena agamanya bukanlah sebuah pilihan yang salah tapi itu adalah merupakan pilihan Allah subhanahuwata’ala dalam janjinya.
“Wanita dinikahi karena empat alasan. Hartanya, keturunannya, kecantikannya,atau agamanya. Pilihlah karena agamanya, niscaya selamatlah engkau.” (HR.Muslim)
Tak ada di antara kita yang mendamba membawa keluarganya masuk ke dalam neraka, tapi keinginan-keinginan ini telah sampai mana kita wujudkan? Pertanyaan yang patut untuk direnungkan sehingga keinginan-keinginan tersebut tidak hanya sekedar menjadi impian sebelum dimulainya maghligai pernikahan.
Pilihlah pasangan hidup kita sesuai dengan harapan dan impian kita, dan siapa yang tau harapan dan impian tersebut hanyalah kita. Allah subhanahuwata’ala akan mempertemukan kita dengan seseorang yang sama-sama mencintai apa-apa yang kita dicintai. Perbaikilah cinta kita pada apa yang seharusnya kita mencinta.