Menyajikan info terkini dunia pendidikan dan berita-berita menarik

Sunday, May 24, 2020

Malam ke-30: Semacam Kultum Wadha’

0 comments

https://www.birulangit.id/?m=1



Oleh Dr Afrianto Daud

---
Birulangitid-Akhirnya kita sampai di malam ini, malam ke-30, malam terakhir Ramadhan. Alhamdulillah. Kita bersyukur, tentu, karena bisa menjalani Ramadhan di masa pandemi ini sejauh ini. Semoga 29 malam berlalu itu menjadi malam dan hari-hari bermakna. Semoga malam terakhir ini bisa kita tuntaskan dengan baik sampai besok sore. 

Ini adalah malam spesial karena kita akan melepas Ramadhan pergi. Pergi yang entah kembali. Atau kalaupun Ramadhan kembali, kita yang belum tentu bisa bersua lagi. Kita tak pernah tahu. Serial #semacamkultum pun malam ini memasuki sesi terakhirnya. Mari kita sebut saja sebagai semacam kultum wadha’ – kultum perpisahan. 🙂

Ramadhan tahun ini benar-benar terasa spesial. Bagi saya dan juga mungkin bagi kita semua. Ini adalah Ramadhan bersejarah. Inilah sepanjang usia saya kita mengalami hal-hal baru selama Ramadhan. Tidak ada tarawehan di masjid dan mushalla. Tak ada sholat jum’at berjamaah. Semua berpindah ke rumah.

Bagi banyak keluarga ini adalah juga Ramadhan dengan kenangan istimewa. Inilah mungkin pertama kali dalam sejarah seorang ayah, misalnya, yang benar-benar menjalankan fungsinya sebagai imam di keluarga masing-masing. Sebentar lagi jutaan ayah itupun akan mencatatkan sejarah baru dengan menjadi khatib Eid pertama kali dalam sejarah hidupnya. Bagi banyak ayah, sejarah ini mungkin tak akan pernah terjadi jika tak ada pandemi ini.

Maka wajar jika ada beberapa keluarga yang mendokumentasikan momen-momen bersama dengan keluarga ini di media sosial mereka. Ada yang memfoto dan memvideokan momen sholat berjama’ah misalnya. Sekali lagi, dokumentasi itu sangat mungkin karena momen itu adalah waktu yang sangat berkesan. Pantas untuk dikenang. Jadi tak usah usil menyebut mereka riya dan sejenisnya. Biarkan penilaian riya atau tidak hanya haknya Allah SWT.

Bagi saya sendiri, inilah kali pertama saya bisa menulis dengan genre yang sama hampir setiap hari secara konsisten. Duduk di meja kerja saya setelah taraweh menulis serial #semacamkultum ini setiap malam. Kadang saya lakukan ketika jeda antara isya dan taraweh bersama keluarga. Menghabiskan waktu rata-rata sekitat 45 menit untuk menyelesaikan tulisan sekitar 700-800 kata. Kadang ada istri saya di samping saya. Kadang ada Faza yang main di sekitar saya. 

Walaupun dulu pernah aktif juga menulis sebagai blogger, terutama ketika zaman multiply masih jaya. Tetapi, saya belum pernah bisa konsisten menulis agak panjang setiap malam. Ajaib, tahun ini saya bisa melakukannya. Akumulatif, serial #semacamkultum ini sudah lebih 20,000 kata. Ini berkah Ramadhan tersendiri bagi saya. Alhamdulillah.

Saya bukanlah ustadz sebenarnya. Bukan ahli agama. Apalagi ulama. Jauuh. Ilmu agama saya sungguh masih cetek dibanding banyak guru dan teman dalam daftar kontak FB saya. Oleh karenanya, saya menulis ini lebih diniatkan sebagai cara saya menasehati diri saya sendiri. Seperti saya tulis dalam salah satu serial sebelumnya, bahwa memberi nasehat itu seperti kita melempar bola ke dinding. Semakin kuat lemparannya, semakin kencang balikannya.

Meskipun begitu, mudah-mudahan apa yang saya tulis bisa juga bermanfa’at bagi teman-teman yang membaca. Untuk mendokumentasikan sejarah ini, saya berencana membukukan serial catatan Ramadhan ini. Saya akan gabungkan dengan beberapa tulisan saya yang lain yang masih tersimpan di laptop saya. Saya sudah kontak penerbit. Nanti saya kabari lanjutannya 🙂.

Terakhir, saya ucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah setia membaca serial ini. Baik pembaca yang aktif berinteraksi, maupun pembaca diam, pembaca ‘caliak-caliak jauah’ saja. 😀 Seperti saya katakan bahwa seorang penulis tak akan pernah eksis jika tidak ada pembaca. Maka segala respon dalam bentuk jempol, love, atau komen itu sesuatu bagi saya. Respon itu menjadikan tulisan relevan untuk diteruskan atau tidak. 

Mari tuntaskan malam terakhir ini dengan amalan terbaik. Semoga segala amal kita diterima Allah SWT. Semoga kita benar-benar pantas merayakan hari kemenangan. Aaamin.

Taqabbalallahu minna wa minkum.

Mohon ma’af lahir dan bathin. Salam dari kami sekeluarga.
---
Untuk sesi perpisahan ini, ijinkan saya posting tulisan dengan foto sebagai pemanis :D

No comments:

Post a Comment