Menyajikan info terkini dunia pendidikan dan berita-berita menarik

Friday, November 16, 2012

Enjoy LIfe VII (Aku dan LDK 24)

0 comments

Nazarku Jalan Dakwahku
            Sapaan angin lembut, menyingkap tulisan indahku tentang semua cita dan angan yang kumiliki. Sapaan angin yang menyibakkan sejumput harap, untuk mengubah tulisan menjadi kenyataan. Tulisan itu, adalah cita-cita untuk menapak jalan di perguruan tinggi negeri yang kuinginkan. Perguruan tinggi negeri yang memiliki atmosfer keilmuan, perguruan tinggi yang memiliki kualitas bagus dengan pengajar yang luar biasa, serta biaya yang dapat meringankan beban orang tua. Harapan untuk mendapatkan Perguruan tinggi negeri yang juga di impikan oleh semua siswa seusiaku saat itu. Berlomba untuk mendapatkan satu kursi dari jutaan orang yang menginginkan duduk diatasnya. Kursi harapan untuk menyongsong kehidupan yang lebih nyata. Ketika itu, kumulai dengan coretan harapan, yang selalu ku yakini aku akan mendapatkannya. Hari demi hari ku lalui dengan cita, harapan, usaha, kerja keras dan doa tentunya. Aku hanyalah manusia biasa, dimana aku sedang menginginkan suatu hal, aku akan berusaha untuk mendekati sang Maha pemberi harapan, Allah SWT. Dalam setiap sujudku, selalu ku selipkan doa atas semua harapan-harapanku. Salah satu harapan yang selalu kusebut adalah mendapatkan perguruan tinggi negeri tersebut. Selain mendekatkan diri pada bank soal, aku pun mendekatkan diri pada Sang pemilik bank kehidupan yang memegang kendali atas semuanya. Mengucapkan doa-doa baik yang mungkin terlupakan ketika sedang tidak menginginkan sesuatu. Selain tercetus banyak doa, tercetus pula sebuah “nazar”.
Nazar yang ketika itu tercetus dari awal pengelihatanku, melihat sosok muslimah tangguh penuh senyum. Saat itu, aku hanya berpikir sungguh anggunnya melihat perempuan muslimah yang memakai kerudung menjuntai menutup dada dan hiasan rok yang indah yang membuat sosok itu semakin terlihat santun, dengan senyuman lembut untuk menyapa semua orang yang dilihatnya di sepanjang jalan. Mulai saat itu, aku memantapkan nazar ku. Aku memilih untuk ber-nazar apabila mendapatkan perguruan tinggi yang kuinginkan, aku akan menjadi wanita yang lebih agamis dan menjadi aktivis yang solehah dan bergabung dalam barisan kesoleh-an. Ketika itu, aku hanya sesosok gadis remaja yang tak mengerti sedikit pun tentang pengetahuan agama Islam. Aku hanya mengetahui sebatas pelajaran Agama Islam yang terdapat dalam ruang-ruang kelas sekolah.
Saat itu, nazar ku begitu menggebu seiring cita yang menggebu pula, bagaikan detak jantung manusia setelah berlari. Kian hari entah mengapa, nazarku semakin terperinci. Mungkin, karena keinginanku yang kuat untuk merubah diri menjadi sosok yang lebih baik dan menjadi pribadi yang tangguh.
            Hari demi hari pun berlalu dengan sangt lambat, bagiku. Doa, nazar dan usaha terus mengiringi seluruh kegiatanku. Sisa-sisa waktu menjelang tes perguruan tinggi, kulalui dengan penuh semangat dan harap. Sampai pada akhirnya aku mengikuti beberapa tes yang sudah dijadwalkan untuk perguruan tinggi yang ku inginkan. Hari itu, aku amat percaya diri mengerjakan lembar demi lembar soal yang agak rumit. Hari-hari ujian pun selesai dengan semestinya.
Lembaran kalender di atas meja belajarku, semakin berkurang. Hari yang berganti setelah ujian perguruan tinggi, ku lewati dengan terus melantunkan doa dan terucap terulang-ulang nazar itu kembali. Nazar ingin merubah sosok diri menjadi sosok muslimah dengan jilbab panjang dengan rok anggun dan senyum ikhlas yang selalu terpancar. Mendekati pengumuman penerimaan mahasiswa perguruan tinggi, jantungku semakin menunjukkan indikasi peningkatan detaknya. Sampai saat pengumuman tiba, aku berusaha melihat pengumumannya melalui koneksi internet. Koneksi yang begitu lambat saat itu, membuat degup jantung pun berdebar lebih cepat lagi. Setelah berhasil memasuki runtutan tabel nama, aku mulai membaca nama-nama tersebut satu persatu. Terseliplah satu nama, yang menunjukkan namaku. Aku pastikan, tidak kelirunya nama yang ku baca. Karena, namaku termasuk nama yang banyak dimiliki oleh orang lain pula. Kubaca dengan seksama dengan mata yang terbelalak dan tidak berkedip sedikit pun. Sudah kupastikan berkali-kali yaa, itu adalah namaku. Aku mendapatkan perguruan tinggi beralmamater kuning dengan jurusan Biologi. Ya, bahagia bercampur haru pun  tersingkap. Semua hasil yang amat ku syukuri dengan banyak doa yang terucap pula kepada-Nya.
            Aku mempersiapkan segalanya untuk menyongsong kehidupan baru di perguruan tinggi. Saat itu, dukungan keluarga dan kerabat serta sahabat menjadi bekal untukku memasukki dunia kampus yang akan ku jalani.  Semua persiapan, sungguh sangat ku susun dan menyiapkannya dengan detail. Lalu, apakabar dengan nazarku?. Nazar yang masih membuatku ragu untuk menjadi perempuan dengan penampilan yang luar biasa. Banyak pertimbangan yang aku pikirkan yaitu “apakah aku bisa? Mengalami perubahan yang sangat drastis?”. Dari prempuan biasa saja, dengan jilbab yang hanya menutupi sampai bagian leher dan memakai celana skinny yang membentuk bagian kaki, menjadi sosok perempuan muslimah yang menutupi aurat tanpa terlihat bentuk badan sedikit pun.
            Tidak sabar sekali, aku menantikan hari pertama memasuki gerbang perkuliahan. Ketika itu, aku masih dengan penampilan lamaku. Masih teringat, saat itu aku mengenakan kemeja dengan warna cokelat muda, mengenakan skinny jeans, dengan dibalut jilbab berwarna senada yang di singkap kedua ujungnya ke kanan dan ke kiri. Hari pertama kuliah, saat itu terdapat acara expo UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa). Expo UKM adalah acara pengenalan Unit Kegiatan Mahasiswa yang ada di fakultasku. Terdapat beberapa stan yang dibuat seunik dan sebagus mungkin untuk menarik perhatian mahasiswa baru. Ketika itu, dibawah pohon rindang taman kampus terdapat satu stan yang membuat perhatianku tertuju padanya. Ya, sepertinya di sana adalah stan anak-anak rohis pikirku. Karena, hanya di stan itu antara laki-laki dan perempuan dipisahkan oleh satu sekat. Terdapat banyak perempuan-perempuan anggun dengan jilbab panjang dan rok yang menjuntai indah. Sekumpulan aki-laki yang ada di stan tersebut pun wajahnya terlihat santun dan bercahaya. Ku perhatikan, mereka sesekali bersenda gurau, namun tidak berlebihan. Kuberanikan diri menghampiri stan UKM tersebut. Saat langkah demi langkah mendekati stan UKM itu, aku di sapa oleh seseorang. Seorang perempuan manis dan ceria yang mengenakan jilbab panjang menutupi dada dengan baju sederhana namun terlihat manis. “Assalammu’alaikum de...” sapa perempuan itu lembut, sambil menyodorkan tangannya untuk bersalaman. “Wa’alaikumsalam..” Jawabku. “Ayo masuk dan lihat stan kami!” lanjutnya berucap. Akhirnya aku masuk dan melihat satu persatu foto-foto yang disusun rapi di kayu triplek tipis. Banyak foto-foto kegiatan UKM ini. Ketika kubaca dari keterangan foto yang ada, semua kegiatannya bagus dan sangat positif, mulai dari tabligh akbar, bakti sosial, buka puasa bersama anak yatim dan banyak hal. Aku melihat-lihat sembari ngobrol dengan perempuan berjilbab tadi yang kemudian ku ketahui namanya mba Rosa. Mba Rosa menanyakanku berbagai hal, mulai dari nama, asal, sampai alasan memasuki fakultas biologi. Lalu, giliranku bertanya “Mba, kalo UKM ini namanya apa ya mba? Rohis ya?” tanyaku polos. Mba Rosa menjawab “UKMI de.. (Unit Kegiatan Mahasiswa Islam)” jawabnya. Setelah banyak berbincang-bincang tentang kegiatan-kegiatan UKMI, aku pun semakin tertarik. Sampai pada akhir perbincangan, aku disodorkan lembaran kertas yang memuat judul formulir pendaftaran anggota baru UKMI 2010. Lalu, mba Rosa berucap “Kalau ade tertarik untuk bergabung dengan UKMI, silahkan isi formulirnya ya de..”.  “Kapan pengumpulan formulirnya mba?” tanyaku. “sekarang boleh, atau besok hari ke dua expo UKM pun boleh dik..” jawabnya menjelaskan. “yasudah mba, aku bawa dulu saja formulirnya besok aku kembalikan.. terimakasih ya mba” ujarku. Aku memutuskan untuk meninggalkan stan UKMI.
            Saat mengisi lembaran formulir itu, aku semakin teringat dengan nazarku untuk menjadi pribadi yang lebih baik untuk menjadi muslimah dengan jilbab yang baik sesuai syariat dan tergabung dalam barisan orang-orang yang baik pula. Satu persatu isian formulir kuisi seraya membayangkan wajah mba Rosa yang penuh senyum dan ramah. “Mungkin, memang ini teguran dari Allah agar aku mengingat janjiku pada-Nya waktu itu” pikirku.
            Keesokan harinya, aku kembali menghampiri stan UKMI (Unit Kegiatan Mahasiswa Islam) untuk memasukkan formulir yang sudah ku isi. Aku tidak menemukan sosok mba Rosa, tapi aku menemukan sosok yang baru. Jilbabnya panjang, pembawaannya ceria dan supel. Namanya mba Fifi. Aku tau, karena perempuan disebelahnya memanggilnya begitu. “Assalammu’alaikum” katanya menyapaku. “Wa’alaikumsalam..Mba, aku mau memasukkan formulir yang sudah ku isi” jawabku seraya menyodorkan 2 lembar kertas. “ohh iya de, terimakasih” jawabnya ramah seraya menerima lembaran formulir itu.
            Mulai saat itu, aku tergabung menjadi anggota baru UKMI 2010. Beberapa bulan kuliah dan beberapa bulan menjadi anggota Kegiatan Kerohanian Islam, aku masih mengenakan kostum lamaku dengan kemeja, celana jeans dan jilbab alakadarnya. Awalnya, aku hanya ingin menjadi anggota ‘biasa’ yang hanya mengikuti kajian Islam yang diselenggarakan UKMI, tanpa menjadi pengurus organisasi Ke-Islaman ini. Karena, aku masih berpikir masih belum cukup pantas untukku disejajarkan ke dalam bagan kepengurusan bersama orang-orang yang penampilannya dan akhlaknya sudah sangat baik. Apalagi melihat sosok-sosok pengurus seperti mereka yang luar biasa terlihat dari sikap dan tuturnya. Sampai pada suatu saat, terdapat kajian tentang dakwah kampus dan aku mengikutinya. Saat itu, terangkum kesimpulan kajian bahwa Rohis di Fakultas merupaka Lembaga dakwah fakultas yang menyebarkan atmosfer keislaman di semua ruang-ruang kampus. Aku semakin berat berpikir untuk melanjutkan langkahku di UKM ke-Islaman ini. Karena, menurutku kata ‘dakwah’ merupakan kata yang sulit untuk diterapkan apalagi dengan sosok sepertiku yang belum mengalami perubahan apapun. Beberapa hari, aku sering di ajak diskusi oleh para pengurus UKMI dan dibujuk untuk menjadi pengurus UKMI. Saat itu, yang kupikirkan hanya mengikuti kajian, mengikuti kajian dan kajian tanpa harus ada embel-embel berdakwah kepada orang lain karena aku pun sangat butuh di dakwahi. Ketidaksiapan dan keraguan ku, membawa ku untuk menjauhi kegiatan UKMI. Semakin lama mencoba menjauhi sedikit kegiatan-kegiatan UKMI. Karena, aku benar-benar tidak siap dan belum ada keinginan untuk menyiapkan kesiapan tersebut.
            Beberapa minggu setelah menjauh dari kegiatan UKMI. Beberapa minggu tanpa siraman rukhiyah, aku merasa ada komponen yang kurang dari diriku. Sikap menghindar karena beralasan ‘tidak siap berdakwah’ menjadi alasan yang cukup kuat untukku menghindar dari UKMI. Namun, aku pun teringat dengan catatan nazar yang sangat terperinci, catatan yang ku simpan di atas meja belajarku agar aku tidak melupakannya. Bertuliskan catatan : 1. Merubah penampilan menjadi muslimah sesungguhnya dengan mengenakan rok dan jilbab panjang. 2. Bergabung dalam barisan orang-orang soleh dan solehah (masuk Rohis) disertai coretan emotion smile. Poin kedua merujuk pada usahaku mendekatkan diri dengan barisan rohani Islam dalah hal ini UKMI.
            Banyak hal yang aku pertimbangkan saat itu. “aku hanya ingin ikut kajian, tidak untuk mendakwahi orang-orang karena kapasitas ke-Islaman ku pun belum memadai” pikirku. Namun, dilain sisi aku berpikir ulang “nazar, adalah janjiku dengan Allah. Mengingkari janji dengan manusia saja tidak boleh, apalagi mengingkari perjanjian dengan Allah?” sahut pikiranku yang lain. Aku masih dalam keadaan ‘punya hutang kepada Allah’. Aku belum berubah menjadi perempuan solehah, walaupun aku sudah mendapat jalan yang menunjukkanku menuju kesolehan. Lalu, pikiranku yang lain berkata “sampai kapan menunggu kesiapan? Sampai kapan hanya ingin berubah tetapi tidak ada usaha?”. Akhirnya,  aku memutuskan untuk kembali aktif di UKMI.
            Aku mantapkan langkah untuk mengikuti kembali segala kegiatan UKMI dan termasuk ke dalam anggota yang aktif. Aku terus berproses dengan dikelilingi oleh orang yang berproses pula. Banyak hal tersirat yang diajarkan oleh orang-orang luar biasa yang ada di sekelilingku. Semakin lama di UKMI, aku memahami arti dakwah. Dakwah bukan hanya sekedar tugas dari kegiatan keIslaman dikampus, tapi dakwah adalah kewajiban setiap umat tanpa terkecuali. Aku mantap untuk menjadi pengurus UKMI dan di tempatkan sebagai Staf Departemen Syiar divisi isu dan kajian. Perlahan, aku mulai merubah penampilanku. Dimulai dari mengenakan rok, kelama-lamaan mengenakan jilbab yang ku ulurkan sedikit demi sedikit. Semua proses yang kurasakan, memiliki makna yang mendalam. Aku belajar dari kekurangan, aku belajar dari keraguan, aku belajar dari proses.
Sampai pada akhirnya aku mantapkan langkahku ini, bukan hanya untuk penggugur janji pada Allah (nazar) semata. Tapi, aku meluruskan niat semua yang ku lakukan di jalan ini, untuk mendapat Ridho-Nya, tanpa embel-embel yang lainnya. Allah maha mengetahui yang terbaik untuk hamba-Nya. Allah memiliki banyak jalan agar hamba-Nya mendekat pada-Nya. Aku berusaha untuk belajar sambil terus mengamalkannya, learning by doing. Sampai kapan dakwah akan dimulai apabila orang-orang didalamnya hanya sibuk meningkatkan kualitas keimanan. Sampai kapan dakwah ingin berlari, apabila pendakwahnya hanya mampu berjalan?.
Lembaga Dakwah Kampus (LDK) merupakan wadah untuk Allah mengutus orang-orang yang dapat menyentuh hati seseorang. LDK bukan hanya lembaga yang mengerjakan program kerja semata. Tapi, lebih dalam dari itu LDK memiliki daya tarik untuk menarik seseorang ke dalam kebaikan mengingat dan kembali pada jalan Allah.

BIODATA
NAMA LENGKAP   : RIZKA NABILAH
ANGKATAN             : 2010
JURUSAN                  : BIOLOGI
FACEBOOK              : rizkanabila@yahoo.com/ search: Rizka Nabilah
TWITTER                   : rzknabilah@gmail.com/ @rzknabilah
BLOG                         : www.rizkanabilah.blogspot.com
AMANAH LDK        : KEPALA DIVISI KEMSYARAKATAN DEPARTEMEN SYIAR UNIT KEGIATAN MAHASISWA ISLAM. FAKULTAS BIOLOGI. UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


No comments:

Post a Comment